Minggu, 20 Maret 2022

NGAJI RUTIN AHAD PAGI IPNU/IPPNU RANTING NGELO

NGAJI RUTIN AHAD PAGI IPNU/IPPNU RANTING NGELO

Kitab Miftahul Falah Fie Ahadisin Nikah

Ahad, 20 Maret 2022

Tentang Menjaga Pandangan Mata, Menjaga Kemaluan Dan Menjauhi Berduaan Di Tempat Sepi

Hadis Ke 8

====================================

“Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena kemuliaannya, Allah tidak akan menambah kepadanya kecuali kehinaan.

 

Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena hartanya, Allah tidak akan menambah kecuali kemiskinan.

 

Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kerendahan.

 

Barangsiapa yg menikahi seorang perempuan karena ingin menjaga pandangan mata, memelihara kemaluan dari berbuat zina, atau menyambung tali persaudaraan, maka Allah akan mencurahkan keberkahan pada keduanya” (HR Thabrani)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ تَزَوَّجَ امْرَأَةً لِعِزِّهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا ذُلًّا، وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لِمَالِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا فَقْرًا، وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لِحَسَبِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا دَنَاءَةً، وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لَمْ يَتَزَوَّجْهَا إِلَّا لِيَغُضَّ بَصَرَهُ، وَيُحَصِّنَ فَرْجَهُ، أَوْ يَصِلَ رَحِمَهُ، إِلَّا بَارَكَ اللهُ لَهُ فِيهَا، وَبَارَكَ لَهَا فِيهِ» رواه الطبرانى فى الاوْسَطِ

 

Note*

Saya memahami hadist tersebut seperti ini :

“Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena kemuliaannya, Allah tidak akan menambah kepadanya kecuali kehinaan.

مَنْ تَزَوَّجَ امْرَأَةً لِعِزِّهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا ذُلًّا

Mengandung pengertian bahwa Kalau kita menikah hanya karena silau dan kagum akan nasab/keturunannya, tunggu saja sampai Allah membuka aib dan menurunkan kehormatannya.

 

Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena hartanya, Allah tidak akan menambah kecuali kemiskinan.

وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لِمَالِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا فَقْرًا

Kalau kita menikah hanya karena silau denga hartanya, tunggu saja sampai Allah mengujinya dengan kemiskinan.

 

Namun jika Kalau ada laki-laki kaya yang datang meminang bukan berarti kita terima pinangannya nunggu dia nggak kaya lagi lho ya.

 

Tapi kalau kita menikah karena kekayaannya, silau dengan hartanya, maka bisa jadi dia akan menjadi suami/istri kita tapi setelah itu Allah akan mempercepat hilangnya kekayaan yang kita puji-puji itu.

 

Barang siapa yang menikahi perempuan hanya karena (Kehormatan) keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kerendahan.

وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لِحَسَبِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا دَنَاءَةً

Begitu pula untuk urusan kebagusan wajahnya. Cantik dan gantengnya. Apakah berarti kita tidak boleh menikah dengan laki-laki/perempuan yang bagus wajahnya, kaya dan dari keturunan terhormat? Tentu saja bukan demikian maksudnya.

 

Di sini menegaskan bahwa kebaikan agama lah yang jadi standar utama kita. Sekali lagi, penting untuk menata ketundukan pada setiap ketentuanNya dalam tiap bagian pernikahan, termasuk untuk urusan niat.

 

Yahya bin Yahya an-Naisaburi menceritakan, “Suatu hari, aku berdampingan dengan Sufyan ats-Tsauri. Tiba-tiba ada seorang lelaki mendatangi beliau seraya bertanya, “Wahai Abu Muhammad, aku ingin mengadu kepadamu tentang keadaan istriku. Aku menjadi lelaki yang paling hina di matanya.”

 

Maka, Sufyan pun menggeleng-gelengkan kepala beberapa saat. Kemudian mengangkat kepalanya seraya berkata “Mungkin, dulu kamu menikahinya karena ingin mendapatkan kehormatan.” Lelaki itupun mengakuinya, “Iya, betul wahai Abu Muhammad.”

 

Sufyan pun berpesan, “Barang siapa pergi karena mencari kehormatan, ia pasti diuji dengan kehinaan. Barangsiapa mengerjakan sesuatu lantaran dorongan harta, niscaya ia akan diuji dengan kemiskinan. Barangsiapa mengerjakan sesuatu sebab dorongan agama, Allah akan menghimpun kehormatan dan harta bersama agamanya.”

 

Lalu, Imam Sufyan mulai bercerita, ‘Kami adalah empat bersaudara, Muhammad, Imran, Ibrahim, dan aku sendiri. Muhammad adalah anak sulung, Imran adalah anak bungsu. Sedangkan aku berada di tengah-tengah.

 

Tatkala Muhammad ingin menikah, ia menginginkan kemuliaan nasab. Maka ia menikahi wanita yang lebih tinggi kedudukannya. Kemudian Allah mengujinya dengan kehinaan.

 

Sedangkan Imran, (saat menikah) ingin mendapatkan harta. Maka ia menikahi wanita yang lebih kaya dari dirinya. Allah kemudian mengujinya dengan kemiskinan. Keluarga wanita mengambil seluruh yang dimilikinya, tidak menyisakan sedikitpun. Aku pun merenungkan nasib keduanya.

 

Sampai akhirnya Ma’mar bin Rasyid datang menghampiriku. Aku pun berbincang dengannya. Aku ceritakan kepadanya peristiwa yang menimpa para saudaraku. Ia mengingatkanku dengan hadis Yahya bin Ja’dah tentang wanita yg dinikahi karena 4 hal.

 

Lalu bagaimana niat yg benar?

Apakah niat kita sudah benar?

 

Setidaknya penutup dari hadist di atas tadi bisa menjadi acuan untuk kita :

“Barangsiapa yg menikahi seorang perempuan karena ingin menjaga pandangan mata, memelihara kemaluan dari berbuat zina, atau menyambung tali persaudaraan, maka Allah akan mencurahkan keberkahan pada keduanya”

 

وَمَنْ تَزَوَّجَهَا لَمْ يَتَزَوَّجْهَا إِلَّا لِيَغُضَّ بَصَرَهُ، وَيُحَصِّنَ فَرْجَهُ، أَوْ يَصِلَ رَحِمَهُ، إِلَّا بَارَكَ اللهُ لَهُ فِيهَا، وَبَارَكَ لَهَا فِيهِ»

 

Setidaknya kali ini kita bicara niat yg benar. Belum bicara proses yg benar. Karena kita ingat, sesuatu bisa dikatakan baik jika memenuhi 2 syarat : pertama niatnya baik, kedua caranya juga baik.

 

Apakah persiapan mental dan ruhiyah menghadapi pernikahan dg memastikan semua on the right track untuk urusan niat sudah kita lakukan? Silahkan tengok kembali niat kita untuk menikah. Karena niat itu seperti surat. Salah tulis ALAMAT, akan sampai salah TEMPAT.

 

Wallohu A’lamu Bishowabi

 

Pemateri:

De Badruns

(Katib Syuriyah MWCNU Margomulyo)